Masih Awal (Kuncup) ~bag.1
Bismillah...
Memang mirip dengan kisah Koko ni Iru yo. Seorang gadis yang pendiam dan tidak ingin bergabung dengan komunitas kelasnya. Saat kelas ribut dengan suara tawa murid, saling ganggu, lari-lari atau bergosip dia hanya duduk sendiri dan diam. Sesekali matanya melirik ke teman-teman yang paling heboh. Duduk nyaris di belakang membuat dirinya pun nyaris tak terlihat.
Wajah yang hanya selalu dilapisi bedak bayi tipis, kulit sawo matang, rambut terurai panjang namun sedikit kusut. Penampilannya yang biasa itu tidak terlalu membuatnya menonjol di kelas. Dia bersuara saat diabsen atau ditanya oleh guru, itupun dengan suara kecil yang hanya teman yang duduk di depannya saja yang mendengar. Ibu gurunya sepertinya tidak terlalu peduli. Yah, si ibu guru hanya memikirkan biaya spp atau buku lks murid yang belum dibayar lunas oleh murid-murid.
Si anak pendiam, julukan baru baginya saat menginjak bangku kelas 3 SD. Saat istirahat siang, si anak hanya keluar di depan kelas, ia tidak pernah sekalipun jajan. Uang Rp 250 miliknya hanya ia simpan dan tidak dibelanjakannya. Tempat favoritnya adalah koridor depan kelas yang sepi. Setiap hari si anak berdiri di sana sambil menelungkupkan kedua tangan dan pandangannya mengarah ke seluruh area yang bisa dijangkau matanya. Area lapangan sekolah, gedung sekolah, ataupun gedung Jiwasraya yang berdiri di samping sekolahnya. Namun ia lebih sering mengamati sebuah gedung yang terdapat di depan kelasnya. Gedung itu tampak kosong seperti tidak ada penghuni. Namun sebenarnya, di gedung itu tinggal seorang bapak sekitar umur 40-an bersama dengan seekor monyet. Yang setiap hari diliat si anak adalah monyet itu. Si anak tidak pernah menceritakan kepada teman-temannya mengenai gedung dan si monyet. Anak ini selalu bertanya-tanya, apakah si pemilik gedung adalah Grup Topeng Monyet. Entahlah dia hanya bertanya di dalam pikirannya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Terkadang pula visio matanya menatap lurus jauh di depan. Terkadang saat mentari pagi muncul di ufuk timur, seberkas bayangan gunung terlihat olehnya. Tower masjid yang tinggi pun selalu diperhatikannya. Saat cuaca cerah tower itu terlihat jelas dan berdiri kokoh. Dan saat hujan deras pun masih dilihatnya tower itu walaupun samar-samar. Ia tau tower yang tiap hari dilihatnya itu adalah tower mesjid yang bernama Al- Markaz Islami, mesjid terbesar di kotanya. Sekalipun tak pernah dilihatnya secara langsung. Keinginannya cuma termaktub di dalam pikiran saja. Satu hal yang dia lakukan untuk menuntaskan keinginannya adalah mengkhayalkannya saja.
Semua yang dilihatnya itu menemani dirinya yang kosong. Kosong akan pertemanan. Pribadi yang hanya selalu mengamati. Itulah pribadi dirinya. Terkadang pun ia mengamati teman-temannya. Itupun bisakah disebut teman?
Bagaimana dirinya di masa depan? Cobalah menebak!
Hima Rain
wah, kasian sekali si anak pendiam ini :(
BalasHapuswah mengerikan, jangan2 punya indra ke 7 ? X_X
BalasHapussemoga dia bisa segera menemukan kehidupannya yg menyenangkan ya
BalasHapussayang sekali kalo harus dijalani kyak gitu
Aku tau aku tau aku tauuu....
BalasHapusMasa depannya akan jadi seorang crafter yang super duper kreatif dan membuka usaha bernama Airin ???? Lol ;))
Anak yang pendiam biasanya emosinya tinggi lho. .
BalasHapusInsya Alloh kelak dia akan membuat "gebrakan" positif dan sukses. . . :)
sptnya ini bio yg punya admin ya... #soktahu
BalasHapussukses ya !
menceritakan diri sendiri ya?? hehe
BalasHapusanak pendiam biasanya menyimpan sejuta kejutan lho..eh gitu kali ya ;)
BalasHapusrupanya sang anak suka menghayal atau dia termasuk type inrovert, tapi saya juga suka loh mengamati menara masjid al markaz al islami, yang sekarang sedang direnovasi ..happy ramadhan, keep happy blogging always...salam :-)
BalasHapus