Sensei Rabu dan Kamis
Bismillah...
"Senseeeeei!!", sebuah kata yang akrab kudengar dua hari itu. Kata yang kusuka itu disandangkan padaku walaupun singkat.
Rabu dan Kamis pekan ini saya memasuki lingkungan yang sudah cukup lama tidak kujalani dan tidak kutemui lagi, yaitu lingkungan sekolah yattaaa! Eits memasuki sekolah itu berasa abg lagi fufufu. Seolah-olah refleksi saat saya masi pake abu-abu putih itu tiba-tiba muncul di depan mata, huaaa hontou ni natsukashiii naaa.
Umm, memang sedikit deg-degan mengingat mulai hari itu saya akan berinteraksi dengan anak-anak abg yang seusia dengan adikku yang bungsu. Apalagi ya mengingat kelakukan adikku yang bandel ini pasti tidak jauh beda dari tingkah anak yang akan kuajari ini. AIsh suudzhon daku, pikiran burukku tuh saat itu. Saya mulai mengajar pada hari Rabu. Sengaja kuambil tawaran dari seniorku untuk menggantikan sementara salah satu sensei yang sedang pergi untuk tes cpns itu. Mumpung juga Airin Handicrabbyku kan juga sedang libur jadinya ya daripada tidak berbuat apa-apa di rumah mending mencoba mengajar lagi.
Mengajar itu kuanggap passion bagiku mungkin karena sedari kecil cita-citaku guru sih. Saya pernah mengajar di salah satu sekolah dasar di Makassar saat bergabung di Yayasan Rumah Belajar Honobono pada divisi pendidikan. Jadi ya pengalaman mengajarku baru bertaraf anak SD. Pernah sih saya mengajar anak SMP dan SMA tapi itu sebatas mengajar privat. So, jadi sedikit deg-degan deh.
Saat memasuki kelas pertama, setiap mata di kelas itu memandangku dengan sedikit heran. Awalnya saya sedikit ciut apalagi dengan tatapan mereka itu. Kata-kata pembukaan mengajarku untuk pertama kali jadi sedikit kacau. Kata-kata yang telah kupersiapkan sedari malam malah menciut dan irit banget. Wah, wah mungkin butuh kursus merangkai kata untuk mengajar ya fufufu. Apalagi keringatku mulai bercucuran hahahaha karena panasnya siang itu, seakan-akan menambah daftar nervous di hatiku. Beberapa menit berlalu segera keciutanku itu kuhapus perlahan dengan senyuman termanisku untuk meredakan suasana tidak biasa ini. Senyumku saat itu alhamdulillah cukup untuk mencairkan suasana walaupun kata-kata perkenalanku agak sedikit kacau.
Menit demi menit alhamdulillah kelas pertama lancar dan berakhir dengan lancar pula pada kelas kedua walaupun tingkat kebandelan kelas kedua itu sedikit lebih tinggi. Pada hari berikutnya yaitu Kamis, taraf bandel kelas yang kuajar bervariasi. Kelas pertama adalah kelas unggulan, sangat senang mengajar di kelas ini, kata unggulan yang disandang kelas ini betul-betul tidak bohong. Rata-rata anak-anak ini ingin belajar dan fokus. Wah, good class!
Nah, kelas kedua dan ketiga cukup bandel dan sanggup membuat tenggorokanku sakit karena banyak berteriak. Huff, tidak bisa disalahkan sih mengingat mereka masi labil dan mungkin saja caraku mengajar bikin mereka bosan dan lebih baik ngobrol saja. Seusai mengajar yang melelahkan hari itu saya pun menanyakan sana-sini bagaimana caranya mengatasi siswa yang ribut. Salah satu teman menjawab lebih baik memberikan mereka spidol dan menyuruh si anak ribut menjelaskan seperti guru. Fufufu, tidak terpikirkan olehku sebelumnya. Kupikr itu cara yang jitu.
Saya pun bertekad pekan depan akan kugunakan cara itu kalau mereka ribut lagi. Namun mungkin tekadku itu bisa saja tidak akan terjadi mengingat saya mendapat kabar kalau hari ini sensei yang mengajar di sana telah kembali. Eh, bukannya sebulan?! Hahaha entahlah, yang pastinya dua hari itu saya senang menjadi guru dan senang dipanggil "Sensei" sama anak-anak fufufu.
Ternyata masih banyak hal mengenai pengajaran yang belum saya ketahui. Seusai dua hari itu saya sadar saya mesti banyak-banyak belajar lagi mengenai metode belajar yang baik serta belajar tentang kepribadian anak didik. Dan tidak lupa belajar SABAR menghadapi orang lain. Guru memang profesi yang tidak mudah dan kadang bikin sebel, tapi entah kenapa saya masi ingin mengajar lagi. Magnetnya itu lho, sesuatu. Huwaaa mau kuliah lagi khusus pendidikan guru dehh, masi bisa nggak yaaa? Hehehehehe...
Hima Rain
Pengalaman yang sangat luar biasa.
BalasHapusYa itulah namanya proses belajar mengajar. Keadaan seperti ini juga pernah saya alami. :D
iya pak sambil belajar kembali, mengajar kembali juga kuanggap batu loncatan keluar dari zona nyamanku skrg.
Hapuskalo aq ngajar anak SD :))))
BalasHapus*Berattt
ajar anak sd enak jiah, asik kalo anak2
HapusOh ternyata seorang sensei toh hehehe
BalasHapussalam kenal sensei, salam sukses selalu! ;)
salam kenal mbak hanny hehe hanya sensei sementara
HapusHai sensei... Mau donk di ajar fufufu
BalasHapussini kuajar flanel
Hapusmenyenangkan jadi guru ya walaupun muridnya kadang bikin tenggorokan sampai sakit:-) btw dari makassar juga.. salam.kenal yah sensei:-D
BalasHapusiyaaaa. dari makassarki juga.. salam kenaal
Hapussetau saya, sebenarnya julukan "sensei" bukan cuma buat guru entah guru sd, smp, sma, dosen bahkan juga untuk profesor dan dokter. semua orang yang pintar, sudah menyelesaikan jenjang pendidikan di perguruan tinggi, berilmu alias ekspert juga diberi panggilan "sensei". Panggilan "sensei" itu panggilan yang sangat terpuji, karena merupakan sebuah kehormatan jika dipanggil "sensei". Sekaligus punya tanggungjawab berat dan luar biasa terhadap ke'ilmu'an yang dimilikinya. semoga bermanfaat.
BalasHapusiya benar sekali ~smile~ terima kasih sharingnya
Hapushihi.. hima ngajar...
BalasHapuskadang gak sabaran pengen njitak aja rasanya tp juga lucu.
jadi inget dulu ppl >.< di sekolahan anaknya SMA juga,
hari pertama dag dig dug bngt, banyak yang rame... lama2 ada siswa yg malah ngomong. "bu tunggu saya ya, tar lulus saya jadi akpol" wkwkwkwk
cieee ada yang naksir gurunya hehe
HapusLah, kenapa malah foto yang itu, haha...
BalasHapusHayooo...ehm ehm
yah karna foto ini banyak memorinya nis uhuk
Hapusooh ternyata mengajar ya mbak
BalasHapuscuma dua hari mbak
Hapus