Dari hati ke h.a.t.i.
Kemarin kurebut surat dari hati yang sedang marah
Ia menyapa, "Apa kabar kawan?"
Ku ingin tahu kabarmu di dalam sana.
Apa kau masi seperti saat kita bertemu dulu?
Masih memiliki ria di kala semua orang berduka?
Masih memiliki bangga kala semua nyawa berdusta?
Aku benar. Aku selalu benar.
Sekarang aku merah
Merah sebenar-benarnya darah
Semerah-merahnya api yang semakin disulut semakin merekah
Kawan nun jauh di dalam sana
Aku berair, tumpah ruah di dalam danau tangisan
Tangisannya membanjiri situs-situs kebanggaanku
Hanyut pula kemudian.... terbang
Kubawa tubuhnya ke bejana kebohongan
Isinya air.. jernih tak meyakinkan
Kusuruh ia membasuh dirinya dan diriku
Agar diriku.. SEDIKIT saja tersiram
Menemukan jernih itu sulit kawan.
Diriku membakar air
Membakar hingga ia kering
Tak bernafas lagi lengkung biru
Bersisa awan kegelisahan
Komentar
Posting Komentar
Jangan jadi Anonymous ya, susah nyebutnya. Ketik namamu and i'll be glad :D