Hadiah dan Kelegaan Karena Datang Lebih Awal
Bismillah…
23 April 2011,
Hari ini mentari pagi
menyapaku dengan silaunya dari balik jendela pete-pete (red;angkot) yang
kutumpangi menuju kampus. Cahaya yang sedikit hangat itu menghangatkan
dinginnya sela-sela jari-jemari yang sedari tadi bersinggungan dengan angin
paksaan yang mencoba masuk dari pintu depan angkot. Iya sedari tadi pak supir
ini terus saja menancap gas di sepanjang jalur-jalur panjang jalanan pagi itu
seperti tidak memperdulikan ada seorang penumpang dag-dig-dug ria dan berwajah
cemas akibat manuver-manuver bak pengemudi professional itu.
Ahad, bukan main di hari
libur sedunia itu aku mesti beraktifitas sepagi mungkin. Jujur di pagi hari
lain biasanya, apalagi ahad aku lebih sering melakukan rutinitas menonton kartun
pagi atau sekedar berbaring-baring tidak jelas dan memanjakan rasa malas. Aku
selalu berpikir tidak mengapa berlambat-lambat ria karena aku bisa bergerak
dengan cepat melampaui waktu. Sungguh rasa
percaya diri berlebihanku itu sungguh menjerumuskan. Tak ayal aku selalu
menjadi orang yang telat dan dijuluki Ratu Telat di setiap kesempatan ‘janjian’.
Tetapi hari ini berbeda,
aku seperti terhipnotis dan termotivasi untuk bangun jauh lebih cepat. Sholat,
mandi tepat waktu. Berangkat pun 2 jam sebelum jadwal. Ada apa denganku? Apakah
semalam aku diberi ramuan tepat waktu oleh Doraemon? Atau seorang pangeran
tampan menasehatiku untuk tidak jadi ratu telat lagi? Hahaha, entahlah yang
pastinya hari itu aku tidak ingin terlambat lagi.
2 pekan lalu seorang
teman sekampus yang kukenal sebagai seorang aktivis dakwah itu memberikan
beberapa tiket seminar kepadaku. Ia yang kukenal itu menawarkan sebuah tiket
seminar untukku dan beberapa tiket lain untuk ditawarkan ke orang lain.
Entahlah angin apa yang membuatku tiba-tiba menyetujui untuk mengambil serta
menawarkannya ke orang lain. Yah, temanya memang menarik, sangat bermagnet. Aku
pun inisiatif menawarkan ke dua orang
sahabat. Itulah sebabnya aku di ahad nan dingin ini berada di sini
sekarang, kedinginan dan kelaparan. Aku abaikan sarapan tadi padahal dari
semalam aku tidak makan malam, maka makin beratlah kurasakan pagi itu.
Aku turun dari pete-pete
di depan gerbang kampus dan aku masih harus menjemput dua orang teman yang akan
ikut seminar bersamaku. Tiba di tempat tujuan kami, aku dan kedua orang ini dalam
langkah malu-malu, datang ke kampus pagi itu...hehehe (copas puisi dikit nih). Wah,
suasana di jalanan tadi hampir sama dengan suasana depan gedung seminar ini.
Sepi. Tapi masi terlihat lebih banyak orang-orang di depan sana. Sepertinya itu
panitia pelaksana. Kami bertiga awalnya celingak-celinguk mencari pintu masuk
dan aku sendiri sibuk melayangkan mata mencari mungkin ada penjual makanan di
sana. Oalah ternyata eh ternyata kami
terlalu cepat datang. Panitia di bagian akhwat masi bersibuk-sibuk dan berjalan
ke sana kemari mempersiapkan segalanya.
Setelah mencatat nama di
buku registrasi, kami dipersilahkan menunggu karena ruangan belum siap, maka makin
kelaparanlah diriku. Perutku makin bergelora tetapi tetap kutunggu ruangan
terbuka dalam diam. Tak dinanya seseorang memberikan kepada kami sebuah hadiah
kecil dan juga diberi sepotong kue. Alhamdulillah aku terharu. Aku mengatur
napas dan berusaha untuk tidak terlalu lebay, dan kuberikan senyum termanisku
kepada si pemberi makanan.
Tekadku untuk menepati
waktu saat itu diberi hadiah oleh Allah dengan sarapan pagi sederhana untuk
perutku yang sangat keroncongan pagi itu. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah
yang kamu dustakan?”.
Datang sebagai tercepat
hari itu membuatku kami menjadi sedikit istimewa. Memilih tempat duduk
strategis dan mendapat hadiah pula sebagai
peserta tercepat. Seminar pun dimulai dan memang bedah buku bank konvensional
itu sungguh memukau. Aku jadi tertarik untuk memiliki bukunya. Tapi aku tidak
punya cukup uang membelinya. Kututup harapanku untuk memilikinya. Ternyata di
akhir acara takdir berkata lain, moderator mengumumkan bahwa ada doorprize hadiah
buku itu untuk 10 peserta. Ya, Allah sungguh aku terkejut saat itu. Allah menjawab
keinginanku langsung hari itu. Hari itu aku pulang dengan membawa setumpuk kesenangan
dan hadiah yang tidak kusangka-sangka. Sejak hari itu saya bertekad untuk
berubah.
--------o0o--------
Aku tahu kisah ini tidak terlalu istimewa tapi aku
belajar banyak hal dari peristiwa hari itu. Semua ini menjadi saksi nyata bahwa
sesungguhnya kebaikan akan dibalas dengan kebaikan pula. Hari itu aku membuat
satu keputusan baik untuk diriku yaitu keluar dari zona nyamanku dan menetapkan
diri untuk menjadi orang yang tidak menunda waktu. Dan hadiah yang kudapat hari
itu pun tidak seberapa, tapi sungguh ada suatu perasaan aneh yang kurasakan. Rasa
ini sungguh tidak biasa. Sebuah rasa lega yang luar biasa, ini seperti saat aku
berhasil memperbaiki benang kusut di tengah jalan saat menjahit atau seperti
saat aku berhasil mengeluarkan duri kecil yang tertusuk di ujung jariku. Iya iya,
itu yang muncul. Beberapa saat aku menyadari itu yang dinamakan kelegaan dan
kepuasan. Aku berhasil menaklukkan rasa manja di dalam diri dan kebiasaanku.
Istimewanya adalah Allah memberiku hadiah untuk permulaan
tekad baikku di hari itu dengan menjawab keinginanku langsung di hari yang sama.
Menghargai waktu ternyata akan membuka rejeki-rejeki lain yang sebelumnya belum
pernah kurasakan. Sungguh, nikmat
Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Komentar
Posting Komentar
Jangan jadi Anonymous ya, susah nyebutnya. Ketik namamu and i'll be glad :D