Kisah Pemilik Kebun
Bismillah...
Pemilik kebun tersebut sangat yakin bahwa mereka
akan memetik hasil kebunnya itu di pagi hari, dan mereka tidak ingat untuk
mengucapkan Insyaa Allah (Jika Allah menghendaki). Mereka pun malah punya niat
untuk tidak memberikan sedikit hasil mereka kepada fakir miskin. Saat mereka
tertidur maka Allah turunkan bencana di kebun mereka. Kebun mereka terbakar dan
tidak ada sisa sedikitpun. Keesokan pagi, tercenganglah para pemilik kebun.
Mereka pun saling menyalahkan. Mereka pun sadar mereka adalah orang-orang yang
melampaui batas. Akhirnya pemilik kebun insyaf dan bertobat kepada Allah.
Kisah ini berkaitan dengan ‘akhlak’, bagaimanakah jika kita terlalu mengandalkan usaha saja tanpa menyertakan Allah di dalam setiap usaha kita. Terkadang diri ini terlalu sombong karena dengan usaha sendiri. Padahal darimana datangnya semua usaha dan keberhasilan? Semua datangnya dari Allah.
Al Qur’an
banyak sekali menyajikan kisah-kisah yang sangat patut untuk kita pelajari,
pahami dan amalkan. Ada banyak kisah Nabi di dalamnya; Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam, Nabi Yusuf, Nabi Yunus, Nabi Nuh, Nabi Ibraahim, Nabi Musa,
Ashabul Kahfi, Ashabul Ukhdud, dan beberapa kisah lain yang tidak disebutkan
namanya. Ada satu kisah dalam Al-Qur’an yang bila kita membaca dan memahaminya dengan
baik maka mungkin akan kita pertanyakan lagi diri-diri ini apakah
pernah melakukannya dalam kehidupan kita
atau tidak.
Dalam terjemahan Surah Al-Qalam ayat 17-33;
17.
Sesungguhnya Kami telah Menguji mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami
telah Menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka pasti
akan memetik (hasil)nya di pagi hari,
18. Tetapi
mereka tidak menyisihkan (dengan mengucapkan, “Insyaa Allah”),
19. Lalu
kebun itu ditimpa bencana (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang
tidur,
20. Maka
jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita*.
*Maksudnya: Maka terbakarlah kebun itu dan tinggallah arang-arangnya yang hitam seperti malam.
21. Lalu
mereka panggil memanggil di pagi hari:
22.
"Pergilah pagi-pagi ke kebunmu jika kamu hendak memetik
buahnya".
23. Maka
pergilah mereka saling berbisik-bisik.
24.
"Pada hari ini jangan sampai ada orang miskin masuk ke dalam
kebunmu".
25. Dan
berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin)
padahal mereka mampu (menolongnya).
26. Tatkala
mereka melihat kebun itu, mereka berkata: "Sesungguhnya kita benar-benar
orang-orang yang sesat (jalan),
27. “bahkan tidak
memperoleh apapun”**.
** mereka mengatakan Ini setelah mereka yakin bahwa yang dilihat mereka adalah kebun mereka sendiri.
28.
Berkatalah seorang yang paling bijak di antara mereka: "Bukankah
Aku Telah mengatakan kepadamu, mengapa kamu tidak bertasbih (kepada
Tuhanmu)***?"
*** yang dimaksud bertasbih kepada Tuhan ialah mensyukuri nikmat-Nya dan tidak meniatkan sesuatu yang bertentangan dengan perintah Tuhan seperti; meniatkan tidak akan memberi fakir miskin.
29. Mereka
mengucapkan: "Maha Suci Tuhan kami, Sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang zalim".
30. Lalu mereka
saling berhadapan dan saling menyalahkan.
31. Mereka
berkata: "Celaka kita!; Sesungguhnya kita orang-orang yang melampaui
batas".
32.
Mudah-mudahan Tuhan kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun)
yang lebih baik daripada ini, sungguh, kita mengharapkan ampunan dari Tuhan
kita.
33. Seperti itulah
azab (di dunia). dan sungguh, azab akhirat lebih besar sekiranya mereka
mengetahui****.
**** Allah menerangkan bahwa dia menguji penduduk Mekah dengan menganugrahi mereka nikmat-nikmat yang banyak untuk mengetahui apakah mereka bersyukur atau tidak sebagaimana Allah Telah menguji pemilik-pemilik kebun, seperti yang diterangkan pada ayat 17-33. Akhirnya Pemilik kebun itu insyaf dan masuk Islam berbondong-bondong setelah penaklukan Mekah.
pic source |
Kisah ini berkaitan dengan ‘akhlak’, bagaimanakah jika kita terlalu mengandalkan usaha saja tanpa menyertakan Allah di dalam setiap usaha kita. Terkadang diri ini terlalu sombong karena dengan usaha sendiri. Padahal darimana datangnya semua usaha dan keberhasilan? Semua datangnya dari Allah.
Dari Abdullah Bin Mas’ud radhiayallahu’anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:وعن عبداللّه بن مسعودرضى اللّه عنه عن النّبىّ صلّى اللّه عليه وسلّم قال : لايدخل الجنّةمن كان فى قلبه مثقال ذرّةمن كبر ، فقال رجل : انّ الرّجل يحبّ ان يكون ثوبه حسناونعله حسنة ، قال : انّ اللّه جميل يحبّ الجمال . الكبر : بطرالحقّ وغمط النّاس (رواه مسلم)٠
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar dzarrah (ATOM) dari kesombongan.” Salah seorang shahabat lantas bertanya: “Sesungguhnya seseorang senang jika bajunya bagus dan sandalnya baik?” Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Dzat yang Maha Indah dan senang dengan keindahan, Al-Kibru (sombong) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”(HR Muslim dalam Shahih-nya, Kitabul Iman, Bab: Tahrimul Kibri wa Bayanuhu)
Terkadang diri ini lupa untuk mengucapkan “Insyaa
Allah”. Perkataan Insyaa Allah adalah salah satu bentuk kita menyertakan Allah
dalam usaha-usaha kita. Keyakinan bahwa hanya Allah-lah yang mampu membuat
segalanya di dunia ini terjadi atau tidak terjadi. Semoga membaca kisah ini
akan mengingatkan diri sendiri dan semoga orang lain pun mendapatkan
manfaatnya. Segala yang terjadi di dunia ini adalah kehendak Allah.
"Segala yang benar datangnya dari Allah dan yang salah dari diri pribadi ini, semoga Allah mengampuni."
Hima Rain
thanks telah mengingatkan
BalasHapusTerima kasih selalu diingatkan
BalasHapusRasulullah pernah ditegur oleh Allah karena tidak meneyebut in sya Allah
BalasHapus"Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi,
kecuali (dengan menyebut): "Insya-Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini."
(QS. al-Kahfi 23-24)
#Blogwalking