Hijau-Pink dalam Katamu-Kataku
Bismillah...
Abstrak...
Itu yang tergambar setelah membaca puisi ini. Di antara delapan belas puisi, saya terpaut pada puisi ini sih. Judulnya 'Sepi Mengalun'.
Biasanya yang mengalun itu nyanyian bukan?! Namun kali ini Ririe Khayan yang akrab kusapa mbak Ri ini memilih kata mengalun untuk rasa kesepian yang melanda dirinya saat itu. Diksi memang selalu membawa kita terpesona, apalagi diksi dari sebuah puisi. Terkadang saat satu kata 'biasa' disandingkan dengan kata yang 'tidak biasa', akan melahirkan sebuah karya yang luar biasa. Dari puisi-puisi abstrak dan tersirat saya menemukan pelajaran, kalo suatu hal yang luar biasa itu selalu bersanding dan bergantung kepada hal yang biasa. Makanya jangan takut jadi 'orang' biasa karena kamu sangat bermanfaat bagi diri orang lain yang luar biasa.
Nah, kembali kepada sepi mengalun. Kesepian digambarkan sebuah perasaan tidak ada bagi sebagian orang yang merasakannya. Saya sering menggunakan kata kosong untuk menggambarkan kesepian. Namun kali ini saya menemukan bentuk tersirat dari kesepian yang diungkapkan pada puisi ini.
Seperti embun yang menyimpan sejuta rahasia di setiap tetesnya
Seperti hitam putih pasir pantai yang menyimpan sejuta kekuatan di
tiap butirnya
Angin yang merambat pelan mendesah,
Andai dengan senyum kan bias membebat tiap sesat penat yang mengada
Kesepian yang begitu kompleks bukan. Embun yang hanya diam tanpa patah-patahan katanya memiliki rasa yang hanya diketahui olehnya pada setiap tetesnya, bahkan pasir pun memiliki kekuatan di setiap butirnya. Setiap butir pasir menyimpan kenangan dari setiap orang yang telah melaluinya. Merekam peristiwa dalam diam dan kesunyian. Wah, pemilihan katanya sesuatu sekali.
Kadang-kadang aku lupa,
Mengajari hati berterima
Sekedar sakit, perih, juga kesepian
Tentang cakrawala yang merona oleh garis senja
Dari bait ini saya menebak, kesepian yang melanda hati. Hati yang tidak biasa menerima rasa sepi dan sunyi dan penyesalan di ujung senja. Pada bait-bait terakhir ini saya ingin mencoba menyambungkan puisi mbak Ri, ijin lanjut ya, Mbak. Hehehe... Cekidot.
Simponi-simponi yang mengalun tanpa nada
Meski gelisah semakin menyesap bersamaan tetes-tetes embun pertama
Yang datang perlahan
Pedih dan perih hanyalah warna lain dari tawa
Sedihku tanpa kata, hanya sedikit sunyi
Semacam tetes air hujan yang menagih pelangi pada langit
Bagaimana pelangi menagih pada langit
Yang hanya mengeluarkan setetes-dua tetes air
Air menagih janji pada awan yang diam berarak ke sana kemari
Membawa dirinya pun berarak ria
Awan pun setia berarak ria bersama angin yang merayu-rayu dirinya
Janjimu berantai berarah dalam kesenjangan
Sedihku tanpa kata, perihku tanpa suara
Denting kesepian menamparkan kenyataan,
Hidup selalu membawaku pada pilihan-pilihan lain
dalam pilihan itu
Aku menengadah, mencoba memalingkan diri dari bentuk pilihan
Angin, awan, air, pelangi, dan langit akan saling menanti di akhir mereka
Apakah aku terus mencari pilihan di antara perih dan kesepian
atau menanti mereka menuangkan janji padaku untuk sebuah senyuman
Senyuman berwarna di tengah kesepianku yang tak ingin berwarna
Hum, menelaah puisi sangat sulit yah mengingat saya sedikit abstrak. Owow. Tapi saya suka. Lirik-lirik puisi yang misterius itu bikin saya penasaran. Terkadang saya malah jadi keterusan mencari maknanya dan membuat sendiri puisi dengan gaya bahasa si penulis puisi itu. Istilahnya saya suka plagiat gaya bahasa dari penulis puisi. Cuma gaya bahasa looo. Namun sekarang saya menyadari kalau saya memang menyukai dan mengagumi puisi-puisi yang bentuk dan isinya tersirat. Aha, saya bukan professional di bidang puisi dan sejenisnya. Cuma ingin menuliskan yang ada di pikiranku saja.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam “Giveaway Kidung Kinanthi: Kata dalam Puisi”
Hima Rain
hijau- karya asli puisi mbak Ri
pink- sedikit tambahan dariku hehe
Kakak pandai rangkai kata-kata ya. bagus banget artikelnya
BalasHapuswaduh..kagak
HapusEhitu pink ya... aku kok ngeliatnya kayak merah hehe...
BalasHapusAku ndak paham ah... semoga menang aja ya mbak :D
haha..pink-merah mataku-matamu
Hapustadinya mau pilih puisi ini juga, tapi gak ahh saya lagi tidak senang dengan kesepian, heheh
BalasHapusanyway sukses GAnya ya say, saya juga ikutan :D
iya saya juga sudah baca. true friend itu kan. ;D
Hapussukses ikut GA nya
BalasHapusiya mbak uli
Hapushmm ..yg bikin puisi sama yg menjabarkan, sama2 okeh neh :D
BalasHapus# suka warna hijau kah? saya suka pink lho?
Hapusdi dunia ini tak ada yg benar-benar baru, yg ada adalah perubahan dr yg sudah ada sebelumnya, demikian juga dalam dunia tulis menulis yang hampir semuanya adalah perubahan, tambahan, gubahan, atau penyederhanaan dari tulisanya yg sudah ada sebelumnya...
KECUALI kebenaran dari Allah SWT melalui Al QUR'an dan hukum-hukum samawi yang telah di turunkan mulai dr rosul pertama hingga Nabi Muhammad SAW.
Terima kasih untuk untaian ulasanya yang puitis banget..
aya juga suka meikmati puisi yg diksinya abstrak...mmebuat kita ingin mengulang-ulangnya seolah belum pernah membacanya...
#TERCATAT SEBAGAI PESERTA#
terima kasih pak stumon dan mbak Ri =D
Hapusmaaf saya bingung mau komen apa tentang puisi ini,
BalasHapuskarena saya kurang pandai dalam mengurai simpul-simpul kata dalam puisi
selamat mengikuti GA semoga sukses
=D hehehehe...terima kasih
HapusOia, maaf baru hadiir di sini sekarang neh:)
BalasHapushm.. ndak sempat ikutan.... :(
BalasHapusSedihku tanpa kata, perihku tanpa suara
Denting kesepian menamparkan kenyataan,
Hidup selalu membawaku pada pilihan-pilihan lain
dalam pilihan itu..
saya seperti didalam kata kata itu... hahaha :D
ooh kenapa tak ikut srul.
Hapus