Kehidupan Bersekolah Anak SD di Jepang
Bismillah...
Sistem pendidikan di Jepang
Kurikulum
Upacara masuk sekolah maupun upacara-upacara sekolah lainnya memiliki makna di mana anak-anak diajarkan untuk saling menghargai orang lain. Begitu pula halnya dengan kegiatan sekolah lainnya seperti makan siang dan membersihkan lingkungan kelas dan sekolahnya yang mengharuskan siswa-siswanya memiliki kelompok-kelompok dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
Sistem pendidikan di Jepang
Peraturan pendidikan di Jepang terbagi ke dalam dua periode, yaitu periode sebelum dan sesudah perang dunia kedua. Sebelum perang dunia kedua, berlakuImperial Rescript on Education yang sangat berbasis pada kekaisaran sedangkan sesudah perang dunia kedua sistem pendidikan di Jepang didasarkan menurutFundamental Law of Education yang lebih memfokuskan dan mengutamakan kepentingan individu dalam menerima pendidikan.
Sistem pendidikan di Jepang terbangun atas empat tingkat, yaitu: pusat,perfektual (antara Provinsi dan Kabupaten), municipal (antara Kabupaten dan Kecamatan), dan sekolah. Sistem administrasi tersebut menerapkan kombinasi antara sentralisasi, desentralisasi, Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management), dan partisipasi masyarakat. Di samping itu, terdapat asosiasi-asosiasi kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua yang mendukung pengembangan sekolah. Dalam sistem tersebut terdapat peran dan hubungan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sekolah, asosiasi-asosiasi tersebut, dan masyarakat yang saling mengisi sehingga tercipta sinergi yang memungkinkan sistem tersebut menjadi relatif efisien dan efektif. Hal ini merupakan faktor utama pencapaian mutu pendidikan di Jepang yang relatif tinggi (Abd. Rachman Assegaf, 2003: 175).
Sistem pendidikan di Jepang terbagi atas 4 jenjang, kita bisa menyebutnya pola 6-3-3-4. 6 tahun di SD, 3 tahun di SMP, 3 tahun di SMA, dan 4 tahun di perguruan tinggi. Tidak jauh beda dengan sistem pendidikan di Indonesia, namun di Indonesia memiliki suatu pembagian kurikulum dalam hal pendidikan agama.
Kurikulum pendidikan di Jepang ditetapkan oleh monbusho, mata pelajaran yang diharuskan adalah bahasa Jepang tentunya, ilmu alam, matematika, pendidikan moral dalam kehidupan sehari-hari. Suatu perubahan dalam kurikulum di Jepang pada tahun 2002 yang bertujuan membuat masing-masing sekolah di Jepang dapat lebih resposif terhadap murid-muridnya. Sehingga beberapa kurikulum dipotong dan digantikan dengan aktifitas belajar-mengajar tanpa buku teks. Tujuannya untuk mengintegrasikan pelajaran dengan suatu praktek sehingga lebih membuat suatu pengkreasian dalam proses belajar-mengajar.
Kehidupan bersekolah anak SD di Jepang tidak terlepas dari keseharian dan kebiasaannya. keseharian dan kebiasaan yang mereka lakukan tersebut menjadi awal suatu pembentukan kepribadian dini. Anak SD di Jepang berawal dari suatu pendidikan pra sekolah. Prasekolah merupakan basis dari pembentukan kepribadian, walaupun pada dasarnya semua itu lebih dibentuk ketika berada di bangku sekolah dasar. Tujuan pendidikan di Jepang lebih kepada efisiensi sosial dengan cara memberikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan demi pemenuhan kepentingan bersama secara bebas dan maksimal. Tujuan inilah yang merupakan dasar dan pegangan sehingga dalam pelaksanaannya, pemfokusan tujuan ini berawal dari sekolah dasar.
Di sekolah dasar, kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencerminkan suatu proses kerja sama, penghargaan, serta suatu pembentukan komunitas yang akrab itu sendiri. Dimulai dari awal ketika masuk sekolah, ketika diadakannya suatu upacara masuk sekolah yang merupakan suatu pengenalan mmengenai metode dan juga mengenai lingkungan sekolah itu sendiri.
Upacara masuk sekolah maupun upacara-upacara sekolah lainnya memiliki makna di mana anak-anak diajarkan untuk saling menghargai orang lain. Begitu pula halnya dengan kegiatan sekolah lainnya seperti makan siang dan membersihkan lingkungan kelas dan sekolahnya yang mengharuskan siswa-siswanya memiliki kelompok-kelompok dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
Kegiatan-kegiatan ini memberi makna dan pengajaran sendiri dalam diri-diri anak bahwa dalam hidup kita harus saling membantu dalam artian membentuk suatu komunitas yang di dalamnya tetap terdapat saling pengertian dan menghargai satu sama lain, dan juga penghargaan terhadap kecintaan negeri sendiri.
Suatu kelompok jalan yang terbentuk ketika berada di jenjang sekolah dasar merupakan pengajaran kepada anak suatu kemandirian, toleransi dan juga kedisiplinan khususnya. Di mana kelompok tersebut terdiri atas beberapa anak yang dipimpin oleh murid kelas 6. Mereka memiliki peraturan mengenai suatu batas waktu mereka pergi ke sekolah bersama, sehingga yang terlambat harus jalan sendiri. Berbeda dengan di Indonesia, yang kita ketahui sebagian orang walaupun terlambat 1 jam pun mereka tidak sadar dan tidak merasa bersalah sama sekali.
Dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas, dapat disimpulkan proses pendidikan di Jepang itu berawal dari suatu pengalaman menuju kebiasaan (habit) dan diri (self), antara pengetahuan dan kesadaran semuanya itu kembali lagi kepada pendidikan sebagai proses social. Hal ini sangat berbeda ketika kita bandingkan dengan di Indonesia yang menganggap dan menitikberatkan pendidikan sebagai suatu proses pembentukan daya intelektual yang terlalu membebani pikiran anak-anak di sana pada umumnya. Sehingga tujuan yang sebenarnya ingin dicapai tidak terpenuhi secara maksimal. Sistem pendidikan di Jepang yang telah terbentuk dari kuatnya sebuah filosofi yang secara jelas dan tegas membahas dan memecahkan problema kehidupan mengenai moral dan mental. Intinya, suatu pengalaman merupakan kunci atau pegangan dalam proses pendidikan di Jepang khususnya kehidupan bersekolah di Jepang.
sumber
http://www.flickr.com/photos/72581584@N00/sets/72157609193670586/
http://www.education-in-japan.info/sub1.html
http://web-japan.org/kidsweb/explore/schools/index.html
Majalah Wajah Jepang Dewasa Ini
Educating Hearts and Mind: Reflections on Japanese Preschool and Elementary School by Catherine C. Lewis. Cambridge University Press 1995
Primary School in Japan: Self, Individuality and Learning in Elementary Education by Peter Cave
Hima Rain
http://www.flickr.com/photos/72581584@N00/sets/72157609193670586/
http://www.education-in-japan.info/sub1.html
http://web-japan.org/kidsweb/explore/schools/index.html
Majalah Wajah Jepang Dewasa Ini
Educating Hearts and Mind: Reflections on Japanese Preschool and Elementary School by Catherine C. Lewis. Cambridge University Press 1995
Primary School in Japan: Self, Individuality and Learning in Elementary Education by Peter Cave
Hima Rain
nb, Tulisan ini adalah hasil pencarian literatur saya dan teman-teman mengenai pendidikan anak sekolah dasar di Jepang. Maaf bila ada kesalahan dalam tulisan ini, ini adalah rangkuman dari hasil presentasi saya dan teman-teman. Kalo ingin file power pointnya silahkan email saya. Akan kuberikan cuma-cuma.
Pembahasan tentang sistem pendidikan sekolah dasar di Jepang sangat menarik. Semakin kucari semakin kudapat pembahasan unik dan menarik. Ada satu bahasan unik yang tidak kumasukkan di sini. Mengenai randoseru atau ransel merah hitam yang biasanya digunakan anak sd ketika masuk sekolah. Ini sih cuma kategori unik. Yang benar-benar menarik adalah pengajaran dan sistem pendidikan sd di Jepang yang bertujuan pembentukan diri dan kebiasaan. Di Indonesia, kira-kira apa tujuan sekolah dasar sekarang? Silahkan jawab sendiri deh.
Penekanan pd aspek bertujuan pembentukan diri dan kebiasaan dalam kurikulum pendidikan SD tentu sangat fundamental dalam pembebtukan karakter baik pada diri anak pd masa-masa selanjutnya. Turut berharap juga agar bs diterapkan dalam pendidikan di Indonesia:)
BalasHapuspembentukan diri memang penting, modal masa depan sih
Hapus"sehingga beberapa kurikulum dipotong dan digantikan dengan aktifitas belajar-mengajar tanpa buku teks"
BalasHapussistem kyak gitu salah satunya yang belum ada di Indonesia untuk anak SD..
uhm benar banget tuh, jarang sangaatt.. klopun ada paling olahraga doang
HapusDari dulu ketika SD, aktifitas belajar tanpa buku teks adalah aktifitas belajar yang selalu saya suka. Sayangnya tidak banyak pelajaran tanpa buku teks yang kita jumpai disini.
BalasHapusiya, saya ingat waktu sd dulu satu-satunya hari di mana kami sekelas keluar dari sekolah dan bertebaran di lapangan karebosi untuk melukis objek yang diinginkan. keren tuh gurunya, sayang cuma guru ppl jadinya singkat pertemuannya
Hapusternyata dari semenjak kecil anak2 jepang sudah dibiasakan untuk bersosialisasi, bagus bila diterapkan juha di negeri ini
BalasHapusiya kok sistem mereka simpel tapi keren sekali ya :D
HapusMata pelajarannya apa saja ya Hima? Misalnya ada berapa, trus namanya apa saja. Ada ndak di literatur yang Hima dapat?
BalasHapusiya ada kak. mirip2ji ma di sini kayaknya. cuma bedanya mereka banyakan praktek. mapel wajibnya bahasa jepang, matematika, ipa dan ips. kalo mapel prakteknya banyakan di art yang termasukmi haiku dan shodo, ada juga pengajaran menjaitnya, handicraft, memasak juga salah satunya. selain itu ada juga pelajaran untuk psikologi dan moral. yang paling kentara itu pengajaran kedisiplinannya kak sewaktu membersihkan ruangan, makan siang.
Hapusbuku yang educating hearts and minds itu bagus sekali kak. pengalaman catherine c lewis saat research tentang preschool di jepang. ada di situ penjelasannya tentang lesson dan lainnya. kalo mauki baca online http://books.google.co.id/books?id=7ca1MVTisNMC&pg=PR4&lpg=PP1&dq=Educating+Hearts+and+Mind
Hapusinfonya sangat menarik mbak...dapat menambah pengetahuan saya mengenai sekolah dasar di Jepang
BalasHapus