Pete-pete, Saat Kemarin dan Dua Hari Lalu

Bismillah...

Pagi ini langit kota Makassar kuning lo, sepertinya akan hujan sebentar lagi dan sembari menulis ini saya terus-terusan melirik jemuran yang masih dipenuhi jemuran yang belum kuangkat dari kemarin, memperhatikan kalau-kalau hujan turun tiba-tiba. Kelelahan sangat setelah aktivitas mutar-mutar separuh kota kemarin bikin badan dan terutama leher pegal sekali. Naik pete-pete (red;angkot) dari rumah ke perintis setelah itu dan kemudian kembali ke tengah kota kembali menuju Toko Agung di Ratulangi. Di sana sendiri, toko itu sudah sesak dan apalagi belanjaanku kali ini terbilang cukup berat. Subhanallah, waktu datang jinjingan masih ringan saat namun saat pulang entah mau bilang apa. Apalagi setelah itu saya harus naik pete-pete lagi kembali menuju Perintis Kemerdekaan. Alhasil dalam waktu 2 jam itu saya sudah 4 kali naik pete-pete. Itu terjadi kemarin.

Dua hari lalu saya pun keluar rumah lagi, menuju kampus. Saat di pete-pete awalnya saya naik penumpangnya biasa-biasa aja, setelah beberapa meter naiklah seorang bapak-bapak berpakaian bergaya-gaya rocker gitu deh. Bajunya agak sedikit robek-robek gaya seperti preman (Eh, preman atau rocker yak?). Saya langsung suudzon (astagfirullah) apalagi tingkahnya selama di pete-pete aneh banget sih, sebentar-sebentar balik ke saya. Posisinya itu dia duduk membelakangiku. Kalo ada orang seperti itu saya selalu takut. Mauuu banget turun dari angkot tapi saya berdoa terus dan berusaha memberanikan diri, alhamdulillah setelah 20 menit kurang lebih tibalah saya di tempat tujuan. Ternyata tidak ada apa-apa pemirsa, tapi begitulah saat membayar ke pak supir pun saya merasa dia masih melihat saya. Takuut mama, trauma sih pernah dapat yang aneh-aneh di angkot. Makanya saya selalu waspada di angkot. Teman-teman sering naik angkot hati-hati juga ya, selalu waspada.

Hima Rain