RENGA (Puisi berantai)
Di bawah ini merupakan hasil terjemahan mengenai Renga yang saya ambil dari Ensiklopedia Jepang. Tulisan ini pernah terbit di blog lamaku dan merupakan tugas presentasi kelompok saya pada kuliah Telaah Puisi Jepang pada Maret 2009, sekitar setahun yang lalu. Semoga membantu pembaca...
-------------------------------------------------------------------------------------------------
RENGA (Puisi berantai)
Bentuk puisi ini berkembang pada abad ke-13 hingga abad ke-16 dan puncaknya pada akhir abad ke-15 dan contoh pelopornya yaitu 100 bait (hyakuin) dan yang paling terkenal pada masa itu adalah MINASE SANGEN HYAKUIN (tahun 1488, Seratus Rangkaian Dari Tiga Puisi di Minase). Asal dari renga, adalah tan renga (renga pendek), terdiri dari 31 silabus puisi (waka) tersusun atas dua unit : 3 bagian dari 5, 7, dan 5 silabel ditulis oleh seorang penyair dan diikuti bagian kedua yaitu baris 7 oleh penyair lainnya. Di luar tradisi berkembang sebuah jenis renga yaitu choo renga (renga panjang), atau kusari renga (renga berantai) dan tersusun dari alternatif 5-7-5 dan 7-7 bagian yang disusun oleh satu atau puisi yang beragam. Bentuk renga mendasar pada bentuk bertingkat, yang memperlihatkan tingkatan dari sebuah kolaborasi bentuk seni yang mengingatkan kita pada tan renga.
Sejarah
Sebuah perubahan dari 3 baris puisi (katauta) antara pahlawan legendaris Yamatotakeru dan seorang lelaki tua yang direkam dari kronologi sejarah NIHON SHOKI pada abad ke-8 yang berdasarkan dari awal tradisi renga.
Sebuah rangkaian dari bagian 5-7-5 dan 7-7 silabel yang dihasilkan Otomo No Yakamochi dan seorang rahib perempuan yang muncul di buku 8 MANYOSHU (kumpulan 1000 puisi tua) dan contoh tertuanya dikenal sebagai tan renga. Penulisan dari tan renga muncul di pertengahan periode Heian (794-1185) dan juga banyak termasuk dalam antologi. Choo renga masuk pada akhir periode Heian dan dan berkembang pada periode Kamakura. Pada akhir periode Kamakura, peraturan dalam membuat komposisi renga (shikimoku).
Pada akhir periode Kamakura, peraturan dalam penyusunan renga (shikimoku) dibuat. Puisi-puisi yang dihasilkan dari usaha-usaha kreatif yang dimunculkan renga. Nijoo Yoshimoto berkolaborasi dengan gurunya Gusai untuk menyusun antologi renga, TSUKUBASHU (1356). Dua kolaborasi pada Renga Shinshiki (1372), merupakan peraturan renga. Renga dikembangkan dengan sangat cepat selama periode ini, yang terarahkan pada bebasnya penyusunan waka dan dan persamaan yang yang dicapai dengan jenis rangkaian. Kemudian, seni dalam renga digubah oleh master renga seperti Takayama Sozei dan Shinkei. Dalam SASAMEGOTO (1463), pedoman untuk penyusunan renga.
Shinkei menegaskan pentingnya estetika yang ideal dari Ushin dan Yugen (elegan dan keindahan misterius). Ushin renga membawa penyempurnaan terhadap kepopuleran Shinkei, sebuah grup puisi yang dipimpin oleh Sogi yang termasuk di dalamnya Inawashiro Kensai, Shohaku, dan Socho. Rangkaian puisi 100 bait MINASE SANGEN HYAKUIN, oleh Sogi, Shohaku, dan Socho dianggap sebagai salah satu prestasi terbesar dari sastra, dan juga menjadi antologi SHINSEN TSUKUBASU (1495), yang disusun oleh Sogi dan Kensai yang berkenaan dengan pernyataan klasik dari sebuah konsep estetika Ushin dan Yugen. Setelah kematian Sogi, Ushin renga jatuh dalam kemunduran dan haikai no renga (atau haikai, lihat haiku) menjadi digemari. Muncul dari tradisi Mushin Renga yang jenaka dan humor, haikai yang kurang teliti lebih diorientasikan pada tradisi literatur klasik.
Susunan
Berkumpul bersama pada renga adalah untuk menyusun secara bersama yang berdasarkan za, atau kaiseki, puisi-puisi kontribusi seperti itu disebut renju. Sebuah kelompok yang terdiri dari 7 atau 8 orang yang dianggap sebagai komposisi ideal dari renga. Sebuah rangkaian dibuat oleh sebuah grup yang berisikan 3 orang yang disebut Sangin, yang disusun oleh 2 orang disebut Ryogin dan renga yang ditulis satu orang saja disebut Dokugin. Bentuk dasar dari rangkaian 100 bait. Bait pertama disebut Hokku, yang kedua disebut Wakiku, dan ketiga Daisan, dan yang keempat dan yang kedua dari belakang disebut Hiraku dan terakhir Ageku. Renga ditulis pada sebuah kumpulan dari lembaran-lembaran kertas (kaishi) salah satu dari puisi. Ketika kontribusi untuk sebuah renga penting untuk dipertimbangkan, tidak hanya bagaimana sebuah rangkaian terhubungkan degan rankaian yang terdahulu, tetapi efeknya akan muncul pada bentuk dan nada dari keseluruhan rangkaian. Maka, untuk alasan ini ada perkembangan dalam peraturan renga, ditetapkan cara untuk menyambung dan penyebarannya.. rangkaian dari bait-bait ini mesti menimbulkan tema-tema tradisional, seperti musim, sakura,dan cinta.
Format Renga sama seperti halnya Tanka Jepang. Puisi Renga dapat memiliki banyak versi sesuai dengan keinginanmu, masing-masing versi terdiri atas 31 suku kata dalam 5 baris dengan hitungan suku kata per baris yaitu 5,7,5,7,7. Hampir sama dengan Tanka , hanya saja dalam kenyataannya Renga menjadi suatu kompetisi.
Mengapa disebut demikian?, karena tak lain dalam membuat sebuah Renga diperlukan dua orang penyair, seorang menulis baris pertama dan kedua dan seorang lainnya melanjutkan sisanya. Tantangan dalam membuat Renga dimulai dari penyair yang pertama yang membuat baris pertama dan kedua yang kemudian menyulitkan penyair yang kedua. Dalam hal ini penyair yang kedua dituntut untuk lebih pintar dalam melanjutkan dua baris pertama yang tak lain merupakan pikiran seseorang yang memang sangat berbeda.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
RENGA (Puisi berantai)
Bentuk puisi ini berkembang pada abad ke-13 hingga abad ke-16 dan puncaknya pada akhir abad ke-15 dan contoh pelopornya yaitu 100 bait (hyakuin) dan yang paling terkenal pada masa itu adalah MINASE SANGEN HYAKUIN (tahun 1488, Seratus Rangkaian Dari Tiga Puisi di Minase). Asal dari renga, adalah tan renga (renga pendek), terdiri dari 31 silabus puisi (waka) tersusun atas dua unit : 3 bagian dari 5, 7, dan 5 silabel ditulis oleh seorang penyair dan diikuti bagian kedua yaitu baris 7 oleh penyair lainnya. Di luar tradisi berkembang sebuah jenis renga yaitu choo renga (renga panjang), atau kusari renga (renga berantai) dan tersusun dari alternatif 5-7-5 dan 7-7 bagian yang disusun oleh satu atau puisi yang beragam. Bentuk renga mendasar pada bentuk bertingkat, yang memperlihatkan tingkatan dari sebuah kolaborasi bentuk seni yang mengingatkan kita pada tan renga.
Sejarah
Sebuah perubahan dari 3 baris puisi (katauta) antara pahlawan legendaris Yamatotakeru dan seorang lelaki tua yang direkam dari kronologi sejarah NIHON SHOKI pada abad ke-8 yang berdasarkan dari awal tradisi renga.
Sebuah rangkaian dari bagian 5-7-5 dan 7-7 silabel yang dihasilkan Otomo No Yakamochi dan seorang rahib perempuan yang muncul di buku 8 MANYOSHU (kumpulan 1000 puisi tua) dan contoh tertuanya dikenal sebagai tan renga. Penulisan dari tan renga muncul di pertengahan periode Heian (794-1185) dan juga banyak termasuk dalam antologi. Choo renga masuk pada akhir periode Heian dan dan berkembang pada periode Kamakura. Pada akhir periode Kamakura, peraturan dalam membuat komposisi renga (shikimoku).
Pada akhir periode Kamakura, peraturan dalam penyusunan renga (shikimoku) dibuat. Puisi-puisi yang dihasilkan dari usaha-usaha kreatif yang dimunculkan renga. Nijoo Yoshimoto berkolaborasi dengan gurunya Gusai untuk menyusun antologi renga, TSUKUBASHU (1356). Dua kolaborasi pada Renga Shinshiki (1372), merupakan peraturan renga. Renga dikembangkan dengan sangat cepat selama periode ini, yang terarahkan pada bebasnya penyusunan waka dan dan persamaan yang yang dicapai dengan jenis rangkaian. Kemudian, seni dalam renga digubah oleh master renga seperti Takayama Sozei dan Shinkei. Dalam SASAMEGOTO (1463), pedoman untuk penyusunan renga.
Shinkei menegaskan pentingnya estetika yang ideal dari Ushin dan Yugen (elegan dan keindahan misterius). Ushin renga membawa penyempurnaan terhadap kepopuleran Shinkei, sebuah grup puisi yang dipimpin oleh Sogi yang termasuk di dalamnya Inawashiro Kensai, Shohaku, dan Socho. Rangkaian puisi 100 bait MINASE SANGEN HYAKUIN, oleh Sogi, Shohaku, dan Socho dianggap sebagai salah satu prestasi terbesar dari sastra, dan juga menjadi antologi SHINSEN TSUKUBASU (1495), yang disusun oleh Sogi dan Kensai yang berkenaan dengan pernyataan klasik dari sebuah konsep estetika Ushin dan Yugen. Setelah kematian Sogi, Ushin renga jatuh dalam kemunduran dan haikai no renga (atau haikai, lihat haiku) menjadi digemari. Muncul dari tradisi Mushin Renga yang jenaka dan humor, haikai yang kurang teliti lebih diorientasikan pada tradisi literatur klasik.
Susunan
Berkumpul bersama pada renga adalah untuk menyusun secara bersama yang berdasarkan za, atau kaiseki, puisi-puisi kontribusi seperti itu disebut renju. Sebuah kelompok yang terdiri dari 7 atau 8 orang yang dianggap sebagai komposisi ideal dari renga. Sebuah rangkaian dibuat oleh sebuah grup yang berisikan 3 orang yang disebut Sangin, yang disusun oleh 2 orang disebut Ryogin dan renga yang ditulis satu orang saja disebut Dokugin. Bentuk dasar dari rangkaian 100 bait. Bait pertama disebut Hokku, yang kedua disebut Wakiku, dan ketiga Daisan, dan yang keempat dan yang kedua dari belakang disebut Hiraku dan terakhir Ageku. Renga ditulis pada sebuah kumpulan dari lembaran-lembaran kertas (kaishi) salah satu dari puisi. Ketika kontribusi untuk sebuah renga penting untuk dipertimbangkan, tidak hanya bagaimana sebuah rangkaian terhubungkan degan rankaian yang terdahulu, tetapi efeknya akan muncul pada bentuk dan nada dari keseluruhan rangkaian. Maka, untuk alasan ini ada perkembangan dalam peraturan renga, ditetapkan cara untuk menyambung dan penyebarannya.. rangkaian dari bait-bait ini mesti menimbulkan tema-tema tradisional, seperti musim, sakura,dan cinta.
Format Renga sama seperti halnya Tanka Jepang. Puisi Renga dapat memiliki banyak versi sesuai dengan keinginanmu, masing-masing versi terdiri atas 31 suku kata dalam 5 baris dengan hitungan suku kata per baris yaitu 5,7,5,7,7. Hampir sama dengan Tanka , hanya saja dalam kenyataannya Renga menjadi suatu kompetisi.
Mengapa disebut demikian?, karena tak lain dalam membuat sebuah Renga diperlukan dua orang penyair, seorang menulis baris pertama dan kedua dan seorang lainnya melanjutkan sisanya. Tantangan dalam membuat Renga dimulai dari penyair yang pertama yang membuat baris pertama dan kedua yang kemudian menyulitkan penyair yang kedua. Dalam hal ini penyair yang kedua dituntut untuk lebih pintar dalam melanjutkan dua baris pertama yang tak lain merupakan pikiran seseorang yang memang sangat berbeda.
Gan thanks buat infonya
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMba, terimakasih atas artikelnya. sangat terbantu untuk mengerjakan tugasnya. maaf kalau agak lancang, tapi bolehkan saya meminta nama lengkap mba untuk dijadikan sumber literatur? Terima Kasih :)
BalasHapusSama-sama Zahra. Tulisan ini ini hasil terjemahanku dari JAPAN An Illustrated Encyclopedia, Kodansha. jadi bukan saya sumbernya ehehehe.
Hapus