Pesta Kawinan dan Kursi

Bismillah...

Pergi ke acara kawinan, DULU adalah hobi dadakanku. Di umur-umur pra abg alias masa-masa SD saya sering sekali ikut-ikut Mama', Bapak, atau Tanteku ikut ke acara kawinan. Mungkin karena saya yang paling nurut kalo disuruh pergi jadinya saya yang selalu diajak. Enak sekali bisa ikut dan yang pastinya selalu pake baju yang cantik-cantik. Saya suka sekali menggunakan baju-baju ala pesta yang berenda-renda itu atau pake baju terusan yang bagian bawahnya mengembang itu lo.. Banyak pita-pita dan sebagainya, rambutku pun dihias sedemikian rupa oleh mamaku. Wajahku diberi bedak tebal dengan paksa dan bawah mataku diberi celak. Wah, wah wah kalo ada fotoku masa kecil dulu pasti saya ngikik sendiri.

Selain pake baju cantik saya pun suka sekali ikut karena ada suvenir pernikahan yang lucu-lucu dan imut yang selalu diterima Mama' atau Bapak yang kemudian bakal ditransfer ke diriku. Ini juga salah satu awal mula saya menyukai benda-benda seperti craft looo. Eh, makanan di pesta-pesta kawinan juga enak-enak. Dasar anak-anak sukanya yang enak-enak saja. Hahaha. Menjelang SMA, hobi itu menghilang entah ke mana, semakin bertambahnya kedewasaan dalam diriku --hehehe-- kegiatan itu kukurangi bahkan sekarang jadi sangat jarang. Kalo ada teman seangkatan saja atau teman lama yang nikah baru saya pergi ke acara kawinan, itupun dengan berpikir panjang dulu. 

Saya ingat acara kawinan terakhir yang kuikuti, salah satu acara kawinan yang menurutku sungguh sangat tidak menyamankan, tidak menyenangkan, dan membuat diriku ingin lari dari gedung nan luas itu. Hari itu saya diajak mamaku untuk pergi ke sebuah acara kawinan keluarga yang terbilang tidak terlalu dekat tapi ya bisa dibilang dekat juga. Awalnya saya menolak dengan keras karena saya baru pulang kampus dan masih capek banget, tapi karena kasian liat mamaku sudah dandan cantik dan tidak ada yang ingin menemaninya makanya dirikupun mengorbankan diri. Berbekal sedikit baju kuliah hasil setrikaan berangkatlah diriku dan mamaku dengan becak, dekat banget sih dari rumah. Jalan kakipun bisa, tapi karena kakinya mamaku sedang masa penyembuhan jadinya kami memilih naik becak. 

Sampainya di sana gedung sudah ramai, mobil-mobil pun banyak berdatangan. Kami ternyata bersamaan datangnya dengan pengantin. Eh, mamaku malah ikut rombongan pengantin dan masuk bersama-sama mereka. Hahaha lucunya kami jadi iring-iringan keluarga. Sampai di dalam kami langsung ambil t4 duduk, pas saya mau duduk langsung ada ibu-ibu dengan tangkasnya menaruh tas di kursi yang ingin kududuki. Takut banget sih diambil kursinya, bukan dia juga kok yang punya. 

kupinjam dr sini

Ternyata kursi di ruangan itu dikit banget. Kalo kuhitung-hitung kursi dan undangan itu banyakan undangannya. Kira-kira 1 banding 9 deh. Memangnya sekarang Indonesia punya adat makan berdiri ya. Ckckckck. Di situ saya mulai risih, bayangkan saja saya yang biasanya makan duduk dengan terpaksa disuruh makan berdiri, ya saya tidak maulah. Kuliat orang-orang dengan mudahnya makan dengan pose berdiri. Makan dengan posisi berdiri itu berarti makan dengan setan looo, setan itu makannya sambil berdiri. Makanya kita harus duduk dan baca basmalah. Nyaaamm itu baru cara makan yang ahsan, cara makannya Rasulullah. Saran nih yang mau buat pesta kawinan, banyak-banyakin kursinya yah. Kasian undangan kalo disuruh berdiri kurang lebih sejam. Bukannya mau senang malah gak tenang. Setelah acara kawinan itu, saya jadi gak minat lagi ikut acara-acara seperti itu. Pesta terlalu mewah, formal, tapi kursi saja tidak cukup. Sekarang Indonesia sudah banyak sekali terwarnai dengan hal-hal berbau barat dan salah satunya adalah standing party, saya lebih suka ikut walimahan. Begitulah ceritaku hari ini, apa kalian pernah risih juga seperti diriku atau menikmatinya.. Hum setiap orang berbeda-beda sih.......

Hima Rain